Tasyakuran Tujuh Bulan Kelahiran dan Peresmian Mushola, Kades Bangunrejo Lor Undang Abah Eko
Cakranews.net, Ngawi – Tradisi tasyakuran tetap terjaga di Kabupaten Ngawi sebagai bentuk ungkapan rasa syukur atas berkah yang diberikan Tuhan. Salah satu tradisi tersebut adalah peringatan tujuh bulan kelahiran yang masih dipertahankan hingga kini.
Pada Minggu (12/1/25), Tardi, Kepala Desa Bangunrejo Lor, Kecamatan Pitu, Kabupaten Ngawi, menggelar tasyakuran untuk cucunya, Myesha Adelia Cetta Prakso. Acara ini juga sekaligus menjadi momen peresmian Mushola Al-Ikhlas yang baru selesai dibangun.
Acara tasyakuran tersebut berlangsung dengan khidmat meski diguyur gerimis. Warga setempat tetap antusias menghadiri acara yang turut dihadiri oleh Forkopimcam Pitu sebagai bentuk dukungan terhadap tradisi yang diwariskan secara turun-temurun.
Dalam acara tersebut, Tardi mendatangkan dai kondang dari Wonogiri, Eko Yulianto atau yang akrab disapa Abah Eko. Abah Eko merupakan pengasuh Pondok Pesantren Manjung Wonogiri yang juga dikenal sebagai anggota Polri di bawah naungan Polres Wonogiri.
Tardi mengungkapkan rasa syukurnya atas keberkahan yang diterimanya melalui acara tersebut. "Tasyakuran ini sebagai wujud syukur kami atas diberinya rezeki yang tak terkira melalui seorang cucu dan pembangunan Mushola Al-Ikhlas," terang Tardi.
Abah Eko dalam ceramahnya menekankan pentingnya menjaga tradisi tasyakuran sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan. Ia juga mengajak masyarakat untuk selalu memanfaatkan momen kebersamaan dalam memperkuat hubungan sosial dan spiritual.
“Melalui tasyakuran, kita tidak hanya bersyukur kepada Allah, tetapi juga mempererat tali silaturahmi dengan sesama,” ujar Abah Eko.
Sebagai pengasuh pondok pesantren dengan lebih dari 350 santri, Abah Eko juga berbagi pengalaman tentang pentingnya mendidik generasi muda dengan nilai-nilai keagamaan. Pesannya disambut hangat oleh para warga yang hadir.
Warga Desa Bangunrejo Lor mengapresiasi upaya Tardi dalam menjaga tradisi tasyakuran. Kehadiran tokoh agama seperti Abah Eko menjadi nilai tambah yang memberikan suasana lebih religius pada acara tersebut.
Tradisi tasyakuran seperti ini menjadi bukti nyata bahwa masyarakat Kabupaten Ngawi tetap menjaga nilai-nilai kearifan lokal di tengah perubahan zaman. (AMN)
Komentar
Posting Komentar