MENGULAS Pancasila selalu
menarik. Tidak pernah ada habisnya. Sangat menyenangkan. Itu bagi orang yang benar-benar
cinta Pancasila, cinta Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Cinta Kemerdekaan
Proklamasi 17 Agustus 1945. Cinta terhadap perjuangan dan cita-cita bangsa sebagaimana tercantum di
dalam Mukadimah UUD 1945.
Mengapa Pancasila
selalu menarik untuk dibahas. Sebab perjuangan besar para tokoh-tokoh
kemerdekaan oleh kaum intelektual
sebelum kemerdekaan, para kyai/ulama, pemuda-pemudi jaman dul. Hingga Pancasila
mengerucut menjadi kesepakatan bersama meski didahului dengan perdebatan
panjang. Perjuang-pejuang dan pahlawan mengkorbankan pikiran, energi, harta dan
finansial yang tak ternilai tanpa lelah dan
semangat. Mereka melepas kepentingan pribadi, kelompok ”Ingin
Indonesia Merdeka!!! Dengan semboyan
merdeka atau mati! Akhirnya tercapai sudah pengobaran mereka. Merdeka!!! Jumat,
17 Agustus 1945 di Jl Pegangsaan Timur Jakarta, Bung Karno-Bung Hatta memproklamirkan Kemerdekaan RI atas nama seluruh bangsa Indonesia.
“PROKLAMASI. Kami bangsa Indonesia,
dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia. Hal-hal jang mengenai pemindahan
kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang
sesingkat-singkatnja. Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen '05 Atas nama bangsa
Indonesia. Soekarno/Hatta.”
Mulai saat itulah, bangsa Indonesia bebas dari penjajahan
kolonialisme 3,5 abad, fasisme 3,5 tahun. Bangsa terbentang ribuan pulau ini berani
menentukan nasib sendiri, tanpa dibawah kekuasaan negara lain. Tidak menjadi budak bangsa lain. Tidak mudah, tidak mulus tetapi
itulah komitmen bangsa seluruh rakyat Indonesia. Tekad para leluhur bangsa.
Hingga detik ini, hingga melewati beberapa generasi, melalui beberapa kali masa, dengan diwarnai duri,
onak, bahkan merasakan gula dan madunya,
kemerdekaan ini masih dinikmati bangsa Indonesia. 75 tahun usia kemerdekaan
yang tidak sebentar. Berkah dan rahmat kemerdekaan ini harus disyukuri oleh
seluruh generasi sekarang. Kemerdekaan ini harus dijaga, jangan dinodai dengan
tangan-tangan yang ingin. memperbudak bangsa Indonesia lagi. Jangan sampai bangsa ini tidak menjadi tuan di negeri sendiri.
Para pemimpin jangan mementingkan kekuasaan, jabatan, harta
dan kepentingannya sendiri.. Tidak menindas rakyat kecil.Tokoh-tokoh politiknya
jangan mementingkan diri sendiri. Mementingkan
partai politiknya, kelompoknya.
Pengusaha jangan
mementingkan bisnis dan keuntungan perut sendiri dengan . mengorbankan
orang banyak. Mematikan usaha atau ekonomi kecil. Rangkul ekonomi lemah dan ekonomi
menengah agar bangkit ikut andil dalam peningkatan ekonomi. Yang ekonomi kecil
dan menengah harus bahu-membahu bersatu agar makin kuat. Pemerintah harus
memberi peluang yang lebar para pengusaha lokal, nasional untuk berusaha. Tidak
memberi peluang kebebasan kepada penguasaha asing untuk mengeruk kekayaan bangsa ini. Prinsip kemandirian, jadi prinsip membangun
ekonomi, agar utang negara tidak makin bertambah.
Pemudanya harus
mempersiapkan diri menerima
estafet kepemimpinan. Berbudi luhur, melestarikan Pancasila dan membela kepentingan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
Para pemimpin, tokoh politik, tokoh agama/ulama dan elemen
seluruh bangsa menebarkan nilai-nilai Pancasila, nilai Kebhineka-an Tunggal
Ika, mempertahankan UUD 195 1945 dan membela
NKRI. Tanamkan ilmu kebaikan dari keempat pilar itu –pada generasi penerus, sehingga
mereka amanah untuk membangun dan
menegakkan NKRI menjadi bangsa yang bermartabat, sejahtera lahir batin, menjadi
bangsa loh jinawi kerto tentrem raharja.
Tidak kalah penting adalah ketauladanan. Waktunya masyarakat
menagih janji para pemimpin untuk selalu memberi ketauladanan. Menghindari
perilaku korupsi, prilaku Kolusi, Korupsi, Nepotisme (KKN). Tunjukkan
ketauladanan pada generasi pemuda/. Ketauladan dalam menjalankan ajaran-agama
dan nilai-nilai Pancasila. Jangan
berlomba memberi ajaran yang yang dilarang oleh agama dan bertentangan dengan
nilai-nilai Pancasila. Paham radikal-terorisme, paham komunis, paham fasis,
narkoba, pergaulan bebas, hidup hura-hura dan kehidupan lainnya yang justru
melemahkan generasi muda, menghancurkan
bangsa. Sehingga tidak aka ada namanya pengkhinatan
terhadap Proklamasi, pengkhinatan
terhadap Pancasila dan NKRI. Sekarang kita layak jiga menagih janji
ketauladanan dari para pemimpin. Yang
duduk di lembaga wakil rakyat harus memperkuat Pancasila, memperkuat NKRI.
Jangan memperlemahkan. .
Karena itu sudah
waktunya tidak memperdebatkan Pancasila. Yang harus dibahas dan diperdebatkan
adalah karakter, watak, pikiran, sikap dan prilaku yang bertentangan dengan
nilai-nilai terkandung dalam Pancasila, dan lagi yang bertentangan dengan
nilai-nilai agama. Yang perlu dibahas tauladan semangat para leluhur bangsa yang begitu semangat
rawe-rawe rantas malang-malang putung berjuang memerdekakan bangsa Indonesia. Jangan rela apabila ada
upaya menggerogoti Pancasila dengan ideologi lain. Jangan rela secuil pun
mengusik kemerdekaan NKRI. Harapannya NKRI makin kokoh menjadi bangsa besar yang terus-menerus mendapat berkah. Tetap
Merdeka! Pancasila Abadi! NKRI harga mati! (*)
Posting Komentar