BADAI Pandemi Covid-9 menerjang, pikiran
pelaku usaha pariwisata, hotel dan restauran/kuliner jadi melayang-melayang. Mereka dibayang-bayangi
merumahkan dan mem-PHK karyawannya yang menggantungkan penghasilan dari usaha pariwisata, hotel atau
restoran/kuliner. Namun mereka semua
tidak menginginkan itu terjadi. Karena
semua masih punya pengharapan besar, pandemi Covid-19 cepat berlalu. Dunia usaha wisata, hotel, restoran/kuliner tidak makin terpuruk, bangkit
kembali.
Namun
kalau boleh digambarkan nasib pelaku usaha dan karyawannya di ujung tanduk.
Hidup segan mati tak mau. Hingga detik
inipun sudah ada usaha
pariwisata, hotel dan restoran merumahkan. Muga tidak mem-PHK karyawannya. Yang terjadi menyiasai masuk kerja, sebagian libur sebagian masuk kerja. Tidak
tahu itu sampai kapan. Bisa jadi sampai
kondisi Covid ini mereda sehingga usaha pariwisata, hotel, restoran serta
kuliner akan mengeliat-menggeliat lagi.
Para wisatawan, penghuni hotel dan
penyuka santap kuliner kembali datang menikmat jasa yang ditawarkan para
pelaku usaha.
Coba saja di Ngawi, 10 hari lebih dampak wabah
penyakit akibat Covid-19 corona cukup terasa. Travel biro membatalkan semua job
sampai akhir Mei semua tempat wisata
tutup sampai pertengahan April. berarti tutup sebulan. Dalam sebulan sudah
pasti pelaku usaha tidak mendapat pemasukan. Padahal mereka ada pengeluaran
rutin, biaya operasional dan lainnya.
Rumah makan transit
berkurang 70 persen sebab pihak perusahaan angkutan sebagai mitra mengurangi
kendaraan yang jalan, karena penumpang sepi. Bahkan rumah makan di Ngawi berkurang hinggga 90
persen tidak ada kendaraan pariwisata yang singgah. Rumah makan yang melayani event, meeting dan wedding merumahkan
karyawannya karena meeting ditiadakan,
kegiatan sewa pengantin juga dilarang, termasuk kegiatan yang mengundang banyak orang. Ini
semua untuk mencegah dan menanggulangi menyebarnya Covid-19. Data ini pasti berkembang
sampai pertengahan April ini.
Cafe dan resto hanya
melayani take way (dilarang makan ditempat dan dibatasi jam operasional hanya
sampai pukul 21.00) Praktis dunia kepariwisataan benar-benar ‘sekarat’ hingga
kini. Seandainya nanti berlangsung hingga akhir tahun, bisa dibayangkan berapa besar kerugian para
pelaku pariwisata, hotel, restoran dan usaha kuliner. Bahkan tidak bisa
dibayangkan karyawan yg dirumahkan
kaena akan banyak usaha tutup. Kini pemerintah pusat, pemerintah
daerah, pemerintah desa, masyarakat, seluruh
elemen masyarakat, usahawan/perusahan swasta bersama berupaya keras menanggulangi
Covid-19 agar kehidupan normal kembali. Aktivitas dunia usaha pariwisata, hotel dan restoran/kuliner.
hidup kembali, semua bisa tersenyum dengan rasa bersyukur yang mendalam. (*)
Posting Komentar