Apa Yang Salah di
Pendidikan Kita?
Oleh
: Enni Aslihatul Kirom, Pemerhati Anak dan Pendidik di MTsN 3 Ngawi
‘‘KRISIS’
hampir terjadi di segala ruang kehidupan. Bukan hanya krisis air, krisis
ekonomi, namun muncul krisis akhlak,moral, dan krisis
kejujuran. Seolah kejadian silih berganti tanpa
henti. Kriminalitas, tindak kekerasan, asusila, pornografi,
dan masih banyak kejahatan lain. Pelakunya relatif masih muda.
Korupsi, suap dan sebangsanya. Anak–anak pun tahu soal
itu. Apalagi semua peristiwa
tersebar di Medsos. Sedikit banyak mempengaruhi perkembangan psykis anak.
Anak-anak butuh
keteladan dari lingkungan sekitar. Mencari figur keteladanan , hingga
tentunya mencari
jati diri. Keteladanan bagian
inspirasi anak-anak dalam membangun karakter untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Pribadi cerdas,
bermoral, bermartabat dan beragama.
Jangan sampai anak
berpaling ke tokoh-tokoh fiksi (khayalan),
tokoh-tokoh impian sendiri, bahkan jangan sampai anak
terinspirasi tokoh-tokoh yang tidak sesuai dengan nilai-nilai moral
dan agama.
Betapa Pentingnya
keteladanan bagi anak. Jangan menyuruh anak untuk berbuat kebaikan, namun yang menyuruh sendiri tidak memberi contoh
berbuat baik. Jangan menyuruh
anak tidak merokok, tetapi kita sendiri merokok . Jangan melarang
menggunakan gadget namun kita melarang sambil menggunakan gadget
Orangtua
merasa sudah cukup memberI perhatian kepada anak-anak dengan
fasilitas gadget dengan harga jutaan, sepeda motor, mobil
bermerk, uang saku berlebih, les privat bentuk materi
lainnya. Padahal anak –anak membutuhkan perhatian penuh dari
orangtua. Perhatian non materi, kasih sayang, waktu yang cukup justru sangat dibutuhkan.
Anak “jaman now’ tidak bisa dilepas begitu, tanpa pengawasan.
Berangkat hingga pulang sekolah tetap selalu ‘dimonitor’. Ini bukan
berarti tidak percaya dan tidak mendidik anak mandiri, tetapi bagian
kewajiban orangtua.
Orangtua harus tahu apa yang ada di dalam isi tas sekolah.
Jangan sampai
di dalamnya ada barang-barang yang bukan untuk keperluan
sekolah. Pesawat
handphone yang dibawa anak –anak harus berisi nomer kontak
person yang jelas. Pesan-pesan yang baik. Isi pesan WA
bermanfaat. Gambar-gambar positif. Situs-situs yang yang positif.
Sepengetahuan orangtua, anak penurut, pendiam, tidak
menunjukkan anak bandel, maupun berprilaku yang aneh-aneh. Pagi berangkat
sekolah , pulang sekolah tepat waktu. Orangtua harus tetap memberi
perhatian penuh meskipun anak-anak pamit bersekolah.
Apa ada yang salah di
pendidikan kita? Di kehidupan dan di lingkungan kita? Atau ada
yang salah di dalam keluarga? Siapapun orangtua, siapapun
guru pasti menginginkan anaknya, anak didiknya cerdas, berkarakter dan berakhlak.
Nah, sudah saatnya orangtua, kembali pada
‘khitah’-nya. Berjuang dengan memberi perhatian penuh
pada anak. Saat di rumah, di sekolah, dimana pun berada, anak
tetap harus dalam radius perhatian. Jangan menyerahkan sepenuhnya pada sekolah. Doa
orangtua ‘energi’ positif yang maha dahsyat bagi masa depan anak.
Sudah saatnya
orangtua, guru, sekolah, bahkan masyarakat harus bergabung untuk bahu-menbahu
mendidik anak-anak. Tanpa itu, ibarat sebuah
sepeda tanpa dibaut. Begitu akan digayuh sepeda tanpa dibaut itu
bakal copot satu persatu. Roda lepas, setir lepas, kerangka lepas.
Mreteli sendiri-sendiri, tak terbentuk sepeda. Jadilah kita—orangtua,
guru, sekolah dan masyarakat--adalaah ‘baut-bautnya’ anak-anak. Agar anak
menjadi generasi berkarakter kuat, memiliki pribadi yang tangguh,
berakhlak seperti harapan para orangtua semua. ( *)
Siiiiipppp,...Ustadzah Eny
BalasHapus